PILIHAN YANG SALAH
Langit tak secerah biasanya. Gerimis menghampiri kota Ciamis Manis. Hujan yang mengguyur kota
Ciamis setiap siang hingga malam membuat jalanan licin dan terkadang macet
karena kecelakaan lalu lintas. Susunan jalan kota yang teratur membuat kota Ciamis
semakin terlihat indah. Kebersihan lingkungan jalanan lalu lintas yang selalu
terjaga membuat pengguna jalan merasa nyaman.
Lita berdiri di sudut halte kampus. Terlihat sedang menunggu angkot 02. Namun waktu telah menunjukan pukul 18.15. Sedangkan
angkot di kota Ciamis hanya beroperasi dari jam 05.00 pagi hingga jam 18.00
petang. Hati Lita mulai resah dan
gelisah. Lita takut ia tidak bisa pulang tepat waktu ke kostannya.
Waktu terus bergulir begitu saja. Lita masih tetap
berdiri di sudut halte itu. tak ada seorangpun selain dirinya di halte.
Beruntunglah dalam 15 menit menunggu, lewatlah angkot 02. Angkot itu melaju
dengan cepat sehingga Lita bisa sampai di kostan tidak terlalu malam. Hatinya
yang kering karena kegelisahan kini telah terbasuh oleh air hujan kelegaan.
Malam itu handphone Lita sepi. Biasanya setiap malam
ada seseorang yang menemaninya dengan sms yang tak henti-hentinya. Ya. Rika.
Rika adalah teman sekelas Lita yang selalu curhat tentang kedekatannya dengan
salah satu dosen di kampusnya. Tapi sayang, walaupun Rika selalu menceritakan
semua yang terjadi, Lita tidak pernah tahu siapa dosen yang dimaksud oleh Rika.
Satu sms akhirnya membunyikan handphone Lita. Dimas.
Ya, nama itulah yang tertera dilayar handphone Lita, Dimas adalah Ketua Tingkat
di kelas Lita. Dari sms itu, Dimas memberitahukan kepada Lita dan semua
teman-temannya bahwa Pekan Indonesia Kreatif Bulan Bahasa akan dilaksanakan
dalam beberapa minggu ke depan, dan selain Pekan Indonesia Kreatif Bulan Bahasa
ada juga Seminar Nasional serta Ujian Praktek. Dari semua kegiatan itu dapat
diakumulasikan membutuhkan dana sebesar tiga ratus lima puluh ribu rupiah.
Kedua mata Lita terpaku pada angka tiga ratus lima
puluh ribu itu. Dengan Berulang-ulang Lita membaca sms itu. Lita berharap sms
itu salah, karena untuk beberapa minggu ini dia tidak memiliki uang yang cukup
banyak. Untuk pembayaran kuliah pun masih tidak cukup.
Semalam suntuk Lita memikirkan hal itu. namun Lita
buntu untuk berfikir. Sempat terfikir dibenak Lita untuk bekerja di sebuah toko
swalayan dan berharap dapat upah yang mampu memberinya kecukupan untuk
kegiatan-kegiatan itu. namun terfikir juga, jikalau dirinya akan bekerja di
sebuah swalayan, maka dia harus pindah kelas ke kelas karyawan. Sedangkan
pemrosesan pemindahan kelas pun memakan waktu yang lama.
Hari berganti. Lita bergegas meluncur ke kampus dengan
angkot 02 langganannya. Dengan langkah lambat Lita menuju ke ruang 19 tempat
dirinya mendapat bimbingan dari dosen. Ruang kelas masih sepi. Tak ada satu pun
mahasiswa yang telah duduk menempatkan diri di kursi kesayangan mereka.
Lita menempatkan diri di baris kedua dari depan. Bukan
kursi kesayangannya, tetapi kali ini Lita ingin mempertanyakan sesuatu kepada
Rika.
“Pagiiiiiii….” Sapa seseorang terdengar dari depan
pintu. Rika lah yang menyapa Lita dari depan pintu itu, namun Lita tak juga
menyahutinya. Lita masih memikirkan biaya yang memberatkan kepalanya.
“Heii… Masih pagi sudah melamun, kenapa Mbak Broo???”,
Tanya Rika.
“Aaahh… Enggak. Aku mau tanya, kabar tentang Bulan
Bahasa, Seminar Nasional, dan Ujian Praktek itu udah jelas atau belum?”
“Gue juga belum tau, kata KM-nya sih gitu. Belun jelas
juga sih kapan pelaksanaannya. Emang kenapa?”
“Enggak.. Gak apa-apa. Nanya aja.” Jawab Lita singkat.
“Ohh, ya udah. Gue keluar bentar yahh… Biasa ada cair…
Hehehe”
“Oh. Yaya…”
Rika berlalu dari ruang 19 menuju kantin Pak Ali,
kantin langganan mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia atau
sering dikenal Diksatrasia Caffe. Ditempat
itu pula rika sering menemui dosen yang bernama Bayu Setiawan alias Dosen Ganteng plus Alay. Dosen muda yang
jenius dan berpenampilan rapi. Pak Bayu adalah dosen mata kuliah Bahasa
Jurnalistik untuk tingkat 2. Semua mahasiswa tingkat 2 mengenalnya, terutama
mahasiswi-mahasiswi yang mendapat bimbingannya.
Di kantin itulah Rika mendapatkan uang bayaran dari
Pak Bayu. Entah hal apa yang telah
dilakukan oleh Rika, sehingga mendapatkan upah dengan nominal yang sangat
fantastis bagi mahasiswa tingkat 2.
Disisi lain Rika adalah seseorang yang menjabat
sebagai sekretaris di kelasnya, wajar saja jika dirinya mendapatkan kedekatan
dengan para dosen. Karena setiap ada sesuatu mengenai pembelajaran yang
menyangkut kehadiran dan tugas, sekretaris adalah orang kedua yang di amanati
untuk menyampaikan pesan dari dosen yang bersangkutan.
Setelah mendapatkan cairan dari Pak Bayu, Rika kembali
ke kelasnya. Lita masih tetap duduk di baris nomor 2. Uang dalam amplop cokelat
terbang kearah Lita, dan mengenai dadanya.
“Apaan nih???”, tanya lita dengan mengkerutkan dahi.
“Cairan dong..hahaha”, jawab rika dengan nada agak
mengejek.
“Dari mana? Sejak kapan kamu kerja?”
“Udah sejak 3 bulan yang lalu. Kenapa?, Kaget yaa???,
makanya ayo kerja bareng sama Gue. Gajinya gede lohh.”, Ajak Rika meyakinkan.
“Kerja apaan?, Halal gak?”
“Masalah kerjaan mah gampang, nanti gue yang ngatur lo.
Oke?, pokoknya lo tinggal tau kerja aja lah.
Oh iya, mana nomor rekening lo. Nanti gue yang
transfer uang kalo kerjaannya udah beres.”
Lita mencoba memikirkan dengan tawaran Rika. Lita
mempertimbangkan segala kemungkinan yang terjadi. Kebutuhan Lita sudah mendesak
dirinya ke arah kegelapan.
Uang yang di butuhkan untuk membiayai kuliahnya
membuatnya resah dan gelisah setiap ditagih oleh pihak administrasi keuangan
kampus. Nominal uang yang harus dibayarkannya mencapai lima juta tujuh ratus
lima puluh ribu rupiah. Itu pun belum termasuk biaya kegiatan Bulan Bahasa,
Seminar Nasional dan Ujian Praktek. Belum juga tagihan kost-kostan perbulannya
tiga ratus lima puluh ribu rupiah. Hutang yang menumpuk membuat Lita bingung
dan keteteran. Hutang dimana-mana.
Kondisi ekonomi yang melilit keluarga Lita kini
semakin mempersulit keadaan Lita. Semua penderitaan itu bukanlah hal biasa bagi
Lita. Dahulu saat Lita berada di atas segalanya, Lita tak pernah memberikan
sedikit pun harta yang dimiliknya untuk orang-orang yang membutuhkan di
sekitarnya. Lita tak pernah puas dengan apa yang ia miliki. Tetapi setelah ia merasakan
kesulitan itu, Lita sudah mulai berfikir untuk bisa saling berbagi dan memberi
terhadap sesama.
Waktu berjalan begitu saja. Tiga kegiatan yang memakan
biaya tiga ratus lima puuh ribu rupiah itu telah di depan mata. Kegiatan itu
akan dilaksanakan enam hari yang akan dating dan iaya paling lambat dibayarkan
tiga hari sebelum hari-H. Tak ada alasan lagi untuk Lita menolak tawaran
kerjasama dengan Rika. Lita menerima tawaran itu begitu saja, tanpa fikir
panjang dan tanpa memikirkan segala kemungkinan buruk atas pekerjaannya.
Malam pun tiba, handphone Lita bordering. Saat itu Lita
tengah menjinjing sebuah tas, dan berdiri di tepi jalan yang sepi dan hanya ada
satu mobil terparkir didepan Lita. Terlihat di layar handphonnya nomor asing.
Sms masuk dan memberikan pesan “Sekarang
di depan anda ada mobil, masukan tas itu kedalam mobil dan anda langsung pergi”.
Lita melakukan hal itu dengan baik. Setelah memasukan
tas yang dijinjingnya itu, Lita langsung berlari secepat ia mampu. Lita tidak
mengetahui apa yang ada di adalam tas itu. Lita hanya melakukan apa yang
diperintahkan oleh patner kerjanya. Ya, demi uang dan demi kuliah Lita
melakukan hal itu. itulah kerja yang biasa Rika lakukan dengan Pak Bayu.
Mengirimkan tas-tas yang di perintahkan dengan baik dan benar tanpa
sepengetahuan orang lain.
Hari pembayaran Pekan Indonesia Kreatif Bulan Bahasa,
Seminar Nasional dan Ujian Praktek tiba. Lita telah membayar semua kegiatan itu
dengan lunas. Begitupun hutang kost-kostan dan kuliahnya. Kini hatinya lega,
tidak ada hutang yang melilit dirinya dan memberatkan fikirannya.
Dihari itu pula ada suatu berita yang mengejutkan
seantera kampus. Sirine yang terdengar sejak dari radius 1,5 km itu melaju
dengar cepat. Mobil Polisi masuk ke halaman kampus dan parkir tepat di depan
gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Entah apa yang terjadi dengan
kampus itu. semua panik dan keluar dari ruang kelas masing-masing.
Semua Polisi yang ada di mobil keluar dari mobil dan
masuk ke gedung FKIP itu. memeriksa semua pegawai yang hadir. Ternyata tidak
ditemukan orang yang mereka cari. Yang mereka cari adalah Pak Bayu Setiawan
atau Dosen Ganteng plus Alay itu. Entah apa masalah yang melilitnya
sehingga Polisi mencarinya. Tak ada satupun dosen dan pegawai yang mengetahui
keberadaannya. Karena para dosen dan pegawai hanya tahu bahwa Pak Bayu itu
telah pindah kerja ke suatu universitas di luar Pulau Jawa. Itulah pesan
terakhir sebelum ada pengunduran diri dari beliau. Dan ternyata Dosen Bahasa
Jurnalistik itu adalah salah satu buronan Polisi yang selama ini di cari.
Beliau adalah salah satu pengedar Narkotika terbesar di kota Ciamis. Cara
kerjanya itu adalah memasukan tas yang berisi Narkoba dan Zat Adiktif lainnya
kepada mobil-mobil pengguna barang haram itu. dan mobil itu biasanya terparkir
di sudut kota yang sepi.
Ya, itulah penjelasan yang Lita dan Rika dapatkan dari
Dimas. Penjelasannya itu membuatnya menundukan kepala dan menangis. Hanya bisa
menyesali semua perbuatan yang dilakukan. Kedua sahabat itu saling berpelukan
dan berharap kepada Allah agar perbuatannya mendapatkan ampunan dari-Nya. Kedua
sahabat itu saling berjanji untuk lebih berhati-hati dalam menerima pekerjaan
dari seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar