Selasa, 24 Februari 2015

LATIHAN MENULIS CERPEN


Musafir cinta
Berjalan menelusuri jalan setapak menuju kampusnya ia lakukan setiap hari. Melangkahkan kaki yang kian jauh. Romi tertatih-tatih dalam langkah kaki yang tak kian menepi. “Ya allah aku telah lelah dengan semua ini, berilah aku jalan untuk menemukan seseorang yang akan menjadi teman hidupku” ujarnya dalam hati. Semakin jauh ia menelusuri jalan itu, semakin goyah keyakinannya akan takdir cinta. Ia putus asa dengan kenyataan yang harus ia terima selama ini.  Umurnya yang semakin membawanya ke lembah kedewasaan yang tak kunjung menemukan pendamping hidupnya, membuatnya harus rela di ejek oleh teman-teman sekampusnya yang sebaya yang sudah menemukan pendamping hidup bahkan sudah memiliki anak.
Suatu ketika Billy, sahabat Romi menawarkan seorang perempuan muslimah yang telah lama menyukainya. Tetapi Romi tidak tahu akan hal itu. Perempuan tersebut  adalah Alisya. Alisya adalah mahasiswi S1  jurusan Bahasa Inggris tingkat akhir yang telah lama menaruh perasaan pada Romi.
“Romi, aku  punya temen. Dia cantik, muslimah, cerdas lagi. Dia udah lama suka sama kamu. Dia pernah bilang sama aku kalau dia pengin banget taarufan sama kamu. Tapi pas dia tahu kamu sempet mau dijodohin sama anak temen ayahmu dia tak pernah cerita-cerita lagi tentang perasaannya sama aku”, terang Billy.
“Hei Bill, yang benar saja kau. Aku ini kan bujangan lapuk mana mungkin ada yang suka sama aku..”, jelas Romi.
“Aku tak mengerti denganmu Rom. Kamu itu mahasiswa terkenal paling populer dikampus ini, kamu itu ganteng, pinter,  apa lagi yang kurang dari kamu???”, tanya Billy.
Romi hanya bisa menghela napas. Dalam hatinya dia sangat ingin tahu tentang perempuan itu. Tapi saat Billly bicara tentang taaruf, perasaannya langsung down. Ia merasa belum siap untuk bertaaruf dengan perempuan itu. Ia masih merasa kurang cukup tahu dalam ilmu agama.
Setelah Billy menceritakan semuanya pada Romi, Billy bergegas menemui Alisya yang sangat mengagumi Romi. Alisya yang saat itu sedang membaca buku diperpustakaan terkejut dengan kedatangan Billy.
“Assalamualaikum Alisya”, sapa Billy.
“Waalaikumsalam J”, jawabnya dengan senyuman
“Apa kabar Alisya, gimana dengan perasaanmu pada Romi, masih utuh???”, tanya Billy sambil menarik kursi  untuk ia duduki.
“Alhamdulillah Alisya kabarnya baik. Emm, soal perasaan Alisya sama kak Romi masih utuh. Alisya belum bisa gantiin posisi kak Romi di hati Alisya”, terang Alisya.
“Ohh. Alisya jaga hati Alisya aja yaa, mudah-mudahan kak Romi bisa buka hatinya buat Alisya”, harap Billy pada Alisya.
“Kak Romi kan udah dijodohin. Jadi enggak mungkin kak romi bisa buka hatinya buat wanita lain. Iya kan???”, ucapnya dengan kerutan dahi.
Billy menjawabnya degan tegas dan sambil tertawa. “hahaha... dijodohin?? itu sih udah lama dibatalin kali. Udah kamu tenang aja nanti aku yang bilang sama Romi”
Alisya hanya terdiam dan menyimpan sejuta tanya akan perjodohan Romi yang dibatalkan. Tetapi Alisya juga bersyukur karena lelaki yang ia cintai belum juga menikah berarti ia masih memiliki kesempatan untuk bersama dengan Romi.
Sebulan setelah berfikir panjang tentang perempuan yang Billy tawarkan padanya, kini ia penasaran juga. Ia menanyakan tentang perempuan yang telah lama menyukainya pada Billy. Dengan perasaan yang kian memuncak akan hausnya rasa cinta, ia mencoba untuk bertaaruf kembali setelah ia merasakan perihnya dikhianati oleh wanita yang sangat ia cintai dan ia sayangi.
Romi menemui Billy yang sedang sibuk menyelesaikan thesisnya di kamar.
“Bill, sebulan yang lalu kau pernah bilang padaku ada perempuan yang telah lama menyukaiku. Apa dia masih menyukaiku sampai sekarang???”, tanya Romi yang membuat Billy berhenti menekan keyboard komputernya.
“Hei kawan, kenapa baru saat ini kau tanyakan itu padaku. Perempuan itu sekarang masih nunggu kamu. Di setiap ia melangkah, ia selalu membayangkan jika saja kau ada disampingnya memegang tangannya, berjalan bersama menuju baitullah. Itu yang selama ini ia dambakan. Aku tahu banyak tentang perasaannya padamu karena dia tahu bahwa aku yang selalu bersamamu dan berharap aku bisa memberi tahu bahwa dirinya sangat mencintaimu, dan dia percaya kalau aku ini teman baikmu”, jelas Billy.
Romi terpaku dari apa yang baru saja sahabatnya bilang. ia bertanya pada Billy, “ bisakah kau beri tahu perempuan itu??”
“Tentu. Namanya Alisya, ia mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Bahasa Inggris dikampus kita. Sekarang ia sedang mendambakan kehadiranmu dalam hidupnya. Harapannya saat ini adalah bisa bertaaruf denganmu. Ayolah Rom, jangan terus terpuruk dengan masa lalumu. Aku yakin, dia adalah perempuan yang allah kirimkan untuk mendampingimu. Dia perempuan yang baik, cerdas dan muslimah. Apa kau akan menyia-nyiakannya begitu saja??” tanya Billy.
“Baik. Aku akan coba untuk bertaaruf dengannya. Aku mohon padamu, restui aku dengannya yaa..” jawab Romi.
“siip, pasti aku restui kamu Rom, good luck yaa...”, tegas Billy
Malam pun tiba. Karena hari ini Romi begitu lelah dengan aktivitasnya, memaksanya untuk menghempaskan tubuhnya pada ranjangnya. Ia menatap langit-langit kamar yang dipenuhi oleh ukiran-ukiran dari gift. Seraya ia berkata “Alisya, aku akan segera menjemputmu. Siapkah engkau untuk menjadi bidadari surgaku???”.
Bayangan indah wajah Alisya membuatnya tertidur pulas, walau sebenarnya ia tak tahu bagaimana wajah Alisya. Angin malam pun tak mau ketinggalan dengan bayangan wajah Alisya yang begitu menawan. Angin malam yang masuk melewati celah-celah kecil jendela kamarnya, membuatnya merasa tertusuk jarum yang semakin lama semakin merasuk kedalam tubuhnya. Ia terbangunkan oleh tusukan angin itu. Ia bangun lalu menuju ke kamar kecil untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat malam. Sebelum ia berdiri dan takbiratul ihram, ia bergumam, “Untuk kamu Alisya, aku harap saat ini kau juga akan melaksanakan shalat malam. Aku ingin kita shalat bersama aku menjadi imam dan kau menjadi makmumku,  amiin”.
Romi pun melaksanakan shalatnya dengan khusuk. Di akhir shalatnya, ia menaruhkan do’a dan harapannya kepada Allah atas perjalanannya sebagai musafir cinta yang ia harap akan berakhir hari ini dan menemui Alisya sebagai penggugur dari titlenya sebagai musafir cinta sejati.
“Ya Allah yang maha kuasa atas segala, aku mohon ampunan-Mu. Aku adalah hamba-Mu yang berlumur dosa, berilah aku ampunan-Mu ya Rabb. Ya Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku percaya akan semua janji-Mu. Aku percaya akan semua takdir-Mu. Maha suci Engkau yang meciptakan segala yang Kau kehendaki dengan penuh kesucian. Ya allah jika Kau ridhoi aku untuk menjadi pendampingnya, mudahkanlah aku untuk melangkahkan kakiku untuk menjemputnya. Tunjukan jalan-Mu untukku untuk mengkhitbahnya. Aku tahu bahwa aku belum pernah bertemu dengannya, bahkan aku baru tahu namanya kemarin siang tetapi aku sudah merindukannya dengan penuh keyakinan yang mendalam. Aku tahu hal ini sangat konyol, tapi aku percaya akan hal ini karena aku juga bisa mencintai Rasul-Mu Muhammad SAW tanpa aku melihat wajahnya sekalipun. Mudahkan urusanku ini ya Allah, amiin”.
Setelah shalatnya selesai ia segera merapikan tempat tidurnya dan melanjutkan pekerjaannya menulis thesis untuk mengakhiri kuliah S2-nya. Hingga pagi menjelang ia masih duduk dikursi kesayangannya.  Tak terasa waktu shalat subuh telah tiba. Ia bangkit dari kursinya dan segera mengambil air wudhu kembali untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah dimushola dekat rumah kostnya.
Shalat subuh pun telah usai. Ia keluar dari masjiid dan melihat sesosok wanita yang sedang sibuk mencari-cari sandalnya di halaman mushola. Romi pun segera menghampirinya dan mencoba menyapa wanita itu dengan sopan.
“Permisi, Assalamualaikum”, sapa Romi dengan lembut.
Wanita itu adalah Alisya. Alisya sempat berhenti mencari-cari sandalnya yang hilang karena mendengar suara Romi yang sudah lama ia rindukan untuk menyapanya. Demi meyakinkan bahwa itu adalah Romi, Alisya pun berbalik badan dan menjawab salam Romi.
“waalaikumsalam”, jawab Alisya.
Melihat wajah yang begitu tampan dan bersinar itu, Alisya tak sanggup untuk menghentikan pandangannya pada Romi. Romi yang ia pandangi merasa heran kenapa wanita itu memandanginya setajam itu. Ia mencoba menyadarkan dirinya dari tatapan zinanya.
“Maaf, ada yang bisa saya bantu”, tawar Romi.
“Astaghfirullahaladzim, ma.. maaf mas, saya sedang mencari sandal saya yang lupa saya letakan dimana tadi”, jawab alisya dengan gugup.
“Apa itu bukan sandal anda?”, tanya Romi sambil menunjuk sebuah sandal dipojok pagar mushola.
“Oh iya.. terimakasih mas. Soalnya tadi saya tidak naruh sandal di pojok, tapi disini” ucap Alisya dengan senyuman termanisnya.
Melihat senyuman itu, Romi merasa bak melayang diudara yang kian tinggi tiada ujung. Romi terbengong-bengong cukup lama. Tak lama kemudian perasaannya semakin kuat akan perempuan yang ia cari yang bernama Alisya semakin dekat. Saat ia didekat Alisya jantugnya berdebuk kencang, begitupun dengan prasaan alisya. Ia merasa gugup saat berada didekat Romi. Merasakan kuatnya perasaan hatinya.
“Kenalkan, nama saya Romi. Anda?”tanya Romi dengan menyodorkan tangannya.
Dengan menyambut perasaan bahagia, Alisya pun menjawab pertanyaan Romi tanpa membalas sodoran tangan Romi karena bukan muhrimnya. “a...alissyyyaa J” jawabnya lembut.
Mendengar ucapannya, Romi meneteskan air mata. Tak pernah ia sangka pertemuannya dengan bidadari yang ia dambakan akan secepat ini. Ia bersyukur pada Allah karena Allah telah menunjukan akan keridhoannya untuk segera mengkhitbah Alisya.
“Kenapa kak Romi menangis??”, tanya Alisya.
“Aku merindukan kehadiranmu Alisya, maafkan aku tak pernah mengetahimu sejak lama. Maafkan aku yang membuatmu menunggu hingga selama ini. Maafkan aku Alisya. Apa kau masih mencintaiku?”, ucap Romi dengan penuh harap Alisya memberikan jawaban yang memuaskannya.
 “Apa kak?? Dari mana kakak tahu perasaanku yang aku simpan sejak lama pada kakak???”, tanya Alisya.
“Allah menunjukan jalannya padaku. Ayolah cepat jawab Alisya”, paksa Romi.
Alisya menghela napas panjang untuk menjawab pertanyaan Romi yang tak pernah ia bayangkan akan terucap dari mulutnya secepat ini.
“Heemmmhh.. aku akan jujur tentang perasaanku yang sekian lama aku pendam pada kakak. Aku tahu aku bukan siapa-siapa kakak. Bahkan baru kali ini akau kenalan sama kakak. Aku selama ini memperhatikan kakak dari jauh hingga muncul perasaan sayang dan cinta. Selama ini pula aku mengungkapkan isi hatiku pada  Billy teman baik kakak. Aku berharap kalau Billy mengungkapkan perasaanku pada kakak,  aku biasa tahu dimana aku bisa kuat bertahan mempertahankan cinta dan dimana aku putus asa akan usahaku. Aku tahu bahwa takdir ada ditangan Allah. Tapi apa salahnya kita mencoba mencari celah takdir itu. Aku masih mencintaimu kak, dan aku sangat merindukan kakak”, terangnya dengan suara lirih karena matanya yang membendung air mata keharuan.
Setelah mendengar jawaban yang Alisya lontarkan, ia merasa puas akan jawaban Alisya. Romi pun kembali bertanya. Dan pertanyaan ini cukup mengejutkan Alisya yang sedang mengusap air mata dipipinya.
“Apakah Alisya  masih ingin bertaaruf dengan kakak?”, tanya Romi.
Alisya terdiam sejenak. Dan menjawab “jika kakak mau bertaaruf dengan Alisya, Alisya tak lagi ingin bertaaruf dengan kakak. Apa kakak mau bertaaruf dengan Alisya???”
“Lho, kenapa Alisya ta mau bertaaruf dengan kakak??? Bukankah itu keinginan Alisya selamaini??”, tanya Romi penuh kebingungan.
“Jika kakak benar-benar mencintai Alisya, mau menerima Alisya dengan apa adanya, Alisya akan lebih siap untuk di khitbah daripada bertaaruf dengan kakak. Gimana kak?? J”, jawab Alisya sembari tersenyum pada Romi.
Tanpa pikir panjang, dan spontan Romi menjawab “Subhanallah.. aku siap Alisya.. Aku siappp..!!!
Terimakasih ya Allah, puji syukur atas petunjuk-Mu ya Rabb”.
Mendengar jawaban tersebut Alisya merasa bahagia. Dan keduanya meneteskan air mata keharuan yang menyelimuti indahnya mentari pagi yang Bersinar menyambut hari baru mereka melepas title “musafir cinta”.
Suasana yang mereka dambakan kian lama itu akhirnya terwujud. Tak ada batas lagi diantara mereka. Dalam waktu dua minggu  Romi dan Alisya memutuskan untuk menikah dan hidup bahagia seperti yang mereka harapkan dan cita-citakan yaitu membina keluarga yang sakinah mawaddah dan warahmah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar